Senin, 26 September 2011

KARET REMAH

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini permintaan konsumen karet alam di luar negeri terhadap karet spesifikasi teknis Indonesia umumnya adalah jenis SIR 20 dengan mutu yang seragam dengan batasan spesifikasi mutu yang sempit. Disamping itu masing-masing konsumen yang umumnya adalah pabrik ban kendaraan bermotor, meminta batasan spesifikasi yang berbeda-beda pula. Hal ini disebabkan oleh semakin berkembangnya teknologi pembuatan ban kearah otomatisasi dan komputerisasi proses sedemikian rupa, agar kualitas ban yang dihasilkan dapat dikontrol dengan baik dan proses pengolahannya efesien. Sudah tentu keadaan ini memerlukan pasokan bahan baku dengan tingkat ketidakseragaman (non-uniformity) mutu yang rendah. Akibatnya produsen karet alam harus memenuhi permintaan tersebut. Plastisitas awal (Po) adalah salah satu parameter mutu yang paling sering diminta oleh hampir semua konsumen dengan batasan-batasan yang sempit. Parameter lainnya adalah viskositas mooney (VR), indeks ketahanan plastisitas (PRI) dan kadar kotoran. Parameter – parameter diatas disamping berpengaruh terhadap kemudahan proses pengolahan di pabrik juga akan berpengaruh terhadap mutu barang jadi, khususnya sifat fisis dan dinamis dari ban kendaraan yang dihasilkan.
Untuk dapat memenuhi permintaan konsumen tersebut, beberapa tahun terakhir ini telah dilakukan berbagai upaya, mulai dari perbaikan mutu bahan olah karet rakyat sampai dengan perbaikan atau pengaturan proses pengolahan di pabrik. Perbaikan mutu bahan olah karet ditingkat petani tidak hanya melalui slogan atau himbauan saja, tetapi juga melalui tindakan nyata, yakni antara lain, penyediaan sarana atau fasilitas dan bahan yang diperlukan untuk membuat bahan olah bermutu baik. Sedang ditingkat pabrik difokuskan pada seleksi dengan ketat bahan olah karet rakyat yang dibeli oleh pabrik. Kegiatan ini telah dilakukan oleh berbagai intansi pemerintah serta gabungan perusahaan karet Indonesia dalam program yang terencana dengan baik. Evaluasi keseragaman mutu karet remah khususnya SIR 20 dan kaitannya dengan mutu bahan olah karet serta sistem pengolahannya telah dilakukan oleh Suharto , et al.(1986). Dari sepuluh pabrik yang dievaluasi ternyata umumnya tingkat keseragaman masih rendah dan belum ada pabrik yang proses pengolahannya terkontrol secara statistik.penyebabnya adalah variasi jenis dan mutu bahan olah yang tinggi dan proses percampuran yang kurang intensif. Oleh karena itu perlu dilakukan proses pengkombinasian komposisi bahan olah yang tersedia serta fasilitas blending yang intensif dalam pengolahan karet remah SIR 20.
A. Permasalahan
Adapun yang menjadi permasalahan dalam karya ilmiah ini adalah bagaimana pengaruh kombinasi komposisi bahan olah karet terhadap tingkat konsistensi plastisitas retension indeks (PRI) karet remah SIR 20.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui kombinasi komposisi bahan olah karet yang telah dilaksanakan di PT BRIDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTATE.
2. Untuk mengetahui pengaruh kombinasi komposisi bahan olah karet terhadap tingkat konsistensi Plasticitas Retension Indeks (PRI) karet remah SIR 20.
C. Manfaat
1. Dapat mengetahui kombinasi komposisi bahan olah karet yang tepat yang diterapkan di PT BRIDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTATE
2. Dapat mengetahui nilai dan tingkat konsistensi PRI di PT. BRIDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTATE sebagai hasil katepatan pengkombinasian komposisi bahan olah karet.
3. Memberikan masukan khususnya kepada perusahaan karet mengenai perlunya dilakukan pengawasan yang intensif terhadap pengkombinasian komposisi bahan baku karet dan menambah wawasan kepada pembaca secara umum.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 
2.1 Pengembangan Industri Karet di Indonesia
Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang perekonomian negara. Hasil devisa yang diperoleh dari karet cukup besar. Bahkan, Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia dengan melibas negara-negara lain dan negara asal tanaman karet sendiri di Daratan Amerika Selatan. Akan tetapi, posisi Indonesia sebagai produsen karet nomor satu di dunia akhir-akhir ini terdesak oleh dua negara tetangga : Malaysia dan Thailand. Mula-mula Malaysia menggeser posisi Indonesia ke nomor dua. Tetapi, secara tak terduga Thailand menyodok Malaysia dan kini menjadi produsen karet terbesar. Untungnya, Indonesia tidak tergeser ke posisi nomor tiga. Posisi ketiga diduduki Malaysia yang terlempar dari posisi nomor satu dan dua. Sampai tahun 1992 tiga negara ini tetap menguasai pasaran karet dunia.
Luas lahan karet yang dimiliki Indonesia mencapai 2,7 – 3 juta hektar. Ini merupakan lahan karet yang terluas di dunia. Areal perkebunan karet Malaysia dan Thailand masih di bawah jumlah tersebut. Sayangnya, perkebunan karet yang luas ini tidak di imbangi dengan produktivitas yang memuaskan. Produktivitas lahan karet di Indonesia rata-rata rendah dan mutu karet yang dihasilkan kurang memuaskan. Bahkan, di pasaran internasional karet indoneis terkenal sebagai karet bermutu rendah. Sebaliknya, Malaysia dan Thailand memiliki prosuktivitas karet yang baik dengan mutu yang terjaga, terutama karet produksi Thailand. Itulah sebabnya Malaysia dan Thailand masih menguasai pasaran karet internasional sementara Indonesia hanya menjadi bayang-bayang keduanya. Banyak perkebunan – perkebunan karet yang tersebar di berbagai propinsi di Indonesia. Perkebunan yang besar banyak di usahakan oleh pemerintah serta swasta sedangkan perkebunan-perkebunan karet dalam skala kecil pada umumnya di miliki oleh rakyat. Bila di himpun secara keseluruhan, jumlah kebun karet rakyat di Indonesia sedemikian besar sehingga usaha tersebut cukup menentukan bagi dunia perkaretan nasional. Akan tetapi, perkebunan karet rakyat tidak dikelola dengan baik. Boleh dibilang pengolahan yang dilakukan hanya seadanya. Setelah ditanam, karet dibiarkan tumbuh begitu saja., perawatannya kurang diperhatikan. Tanaman karet tua jarang yang diremajakan dengan klon baru. Bahkan, klon baru yang mampu menghasilkan produksi lebih baik jarang mereka kenal. Itulah sebabnya produktivitas perkebunan karet rakyat masih sangat rendah. Yang lebih memprihatinkan lagi adalah mutu karet olahan yang dihasilkan. Peralatan yang dimiliki serta teknologi pengolahan yang di ketahui masih sangat sederhana. Bokar atau bahan olah karet rakyat rata-rata memiliki mutu yang rendah. Mutu karet yang memenuhi standar memiliki harga jual yang tinggi serta mampu memenuhi keinginan pasar rata-rata dihasilkan oleh perkebunan-perkebunan besar milik pemerintah dan swasta.
Sebenarnya, banyak sekali barang atau peralatan yang dapat dibuat dengan bahan baku karet alam, misalnya ban mobil, peralatan kendaraan, pembungkus kawat listrik, dan telepon, sepatu, alat kedokteran, beberapa peralatan rumah tangga dan kantor, alat – alat olah raga, ebonite, dan aspal. Dengan demikian berarti karet memiliki pengaruh besar terhadap bidang transportasi, komunikasi, industri, pendidikan, kesehatan, hiburan, dan banyak bidang lain yang vital bagi kehidupan manusia. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan daya saing karet alam terhadap karet sentetis adalah peningkatan produksi karet persatuan luas, penurunan biaya produksi, peningkatan mutu dan penyajian, pengembangan kegunaan, serta langkah-langkah promosi yang tepat (tim penulis PS, 2007). 2.2 Karet Alam Karet alam (NR) (cis-1,4-poliisoprena) berasal dari lebih dari 200 spesies pohon. Pohon hevea brasiliensis menghasilkan karet alam lebih dari 99% didunia, dimana pada tahun 1988, mencapai lebih dari 4,9 x 106t (Kroschwitz.1998). Semua karet yang berasal dari alam di bentuk dari unit dasar yang sama yaitu C5H8 : ini adalah suatu senyawa hidrokarbon. Molekul individual dari senyawa ini di kenal sebagai “isoprena” . molekul karet alam didapat dari pohon hevea, yang tersusun dari banyak unit isoprena yang berikatan bersama dimana secara karakteristik membentuk rantai panjang yang tidak bercabang (Barlow,1978).


2.2.1 Komposisi Lateks Hevea Apabila karet hevea segar dipusingkan pada kecepatan 32.000 putaran permenit (rpm) selama 1 jam, akan terbentuk empat fraksi.
1. fraksi karet terdiri dari partikel-partikel karet yang berbentuk bulat dengan diameter 0,05-3 mikron. Partikel karet diselubungi oleh lapisan pelindung yang terdiri dari protein dan lipida dan berfungsi sebagai pemantap.
2. Fraksi Frey Wessling yang terdiri dari partikel – partikel frey wessling yang ditemukan Free Wessling, fraksi ini berwarna kuning karena mengandung karotenida.
3. Fraksi Serum, juga disebut fraksi C (centrifuge serum) mengandung sebahagian besar komponen bukan karet yaitu air, karbohidrat, protein dan ion-ion logam.
4. Fraksi bawah, terdiri dari partikel-partikel lotoid yang bersifat gelatin, mengandun senyawa nitrogen dan ion-ion kalsium serta magnesium.
Komposisi kimia lateks hevea segar secara garis besar adalah 25-40 % karet (poliisoprena, (C5H8)n) dan 60-75 % bukan karet. Kandungan bukan karet selain air terdiri dari 1-1,5 % protein (-glubin dan havein), 1-2 % karbohidrat (sukrosa, glukosa, galaktosa, dan fruktosa), 1-1,5% lipida (gliserida, sterol dan fosfolipida) dan sekitar 0,5% ion-ion logam (K, Na, Ca, Mg, Fe, Cu, Mn, dan lain-lain). Komposisi ini bervariasi tergantung pada jenis tanaman, umur tanaman, musim, system deres dan penggunaan stimulant (Ompusunggu.1987). Selain ini dalam lateks hevea juga diketemukan bagian-bagian yang berwarna kuning, yakni yang biasa disebut fraksi kuning (bahasa inggris : yellow fraction). Zat –zat bukan karet yang berada dalam lateks sering dapat menyebabkan perbedaan – perbedaan yang agak besar antara sifat – sifat dari barang – barang karet yang berasal dari klon –klon pohon karet yang berlainan. Untuk memperoleh hasil –hasil yang seragam berbagai perkebunan di campur dahulu dalam tangki – tangki besar sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut. Kemudian di campur dengan air bersih sehingga di peroleh kadar karet kering (K.K.K.) Yang di kehendaki (yayasan karet,1983). 2.2.2 Kestabilan Lateks Hevea Lateks adalah suatu sistem koloid dimana partikel karet dilapisi oleh protein dan fosfolipida terdispersi didalam air.

1. partikel karet
2. lapisan fosfolipida dan protein dengan muatan negatif
3. molekul air
Gambar 2.2 Partikel karet dengan lapisan pelindung dan molekul air.
Protein terdiri dari asam- asam amino dengan mengandung gugus amina –(NH2) dann karboksil –(COOH) yang bersifat amfoter (dapat bersifat asam atau basa). Dengan sifat amfoter maka pH lingkungan sangat berpengaruh terhadap kemantapan karet. Lateks segar mempunyai pH ± 6,8 sehingga partikel karet bermuatan negatif. Lapisan pelindung protein dan lipida dengan muatan negatif bersifat hidrofilik, sehingga berinteraksi dengan molekul air. Molekul air tersusun sedemikian rupa membentuk lapisan disekeliling partikel karet tersebut terdispersi membentuk larutan koloid yang mantap (Ompusunggu.1987).

Kestabilan lateks di pengaruhi 3 faktor yaitu :
a. Gerak Brown
Gerak brown adalah gerakan zig-zag dari butiran-butiran karet dalam suspensi yang besarnya dapat mengatasi gaya gravitasi dari butiran tersebut sehingga tidak terjadi pengendapan. Karena gerakan ini butir-butir dapat bertabrakan satu sama lain yang dapat terjadi penggumpalan akan tetapi dengan adanya pengaruh ionisasi, penggumpalan dapat dihindarkan.
b. Ionisasi
Butiran-butiran karet sendiri sebenarnya tidak bermuatan listrik (netral) tetapi karena adanya lapisan protein pada lateks maka mengandung ion bermuatan negatif karena butir-butir bermuatan negatif. maka terjadi reaksi tolak menolak sehingga tidak terjadi penggumpalan atau pembekuan, akibat lateks menjadi stabil.
c. Hidratasi
Hidrasi adalah penguraian air menjadi ion OH- dan H+. di dalam lateks ion OH- diserap oleh partikel karet sehingga timbul tambahan lapisan muatan negatif yang melindungi partikel karet sehingga lateks tetap stabil. (Yuliana,2005).
2.2.3 Penggawetan Lateks. Lateks saat keluar dari pembuluh lateks adalah dalam keadaan steril, tetapi karena lateks merupakan media tumbuh yang bai bagi mikroorganisme, maka dengan cepat akan tercemar oleh mikroba dan kotoran dari lingkungan (udara atau peralatan). Mikroba akan merombak karbohidrat dan protein menjadi asam lemak eteris (misalnya asam formiat, asetat dan propionat). Terbentuknya asam-asam ini didalam lateks akan menurunkan pH. Sehingga kemantapan lateks menjadi terganggu. Jumlah asam – asam lemak eteris didalam lateks menggambarkan tingkat kebusukan lateks. Semakin tinggi jumlah asam-asam lemak eteris, semakin buruk kualitas lateksnya. Untuk mencegah dan menekan pertumbuhan mikroba didalam lateks kaitanya dengan kualitas maka dalam penanganan lateks kebun harus dijaga kebersihan lingkungan kebun dan peralatan yang digunakan serta membubuhkan bahan pengawet kedalam lateks sedini mungkin.dewasa ini telah banyak bahan kimia dikembangkan sebagai pengawet lateks kebun antara lain amoniak, campuran ammonia dan hidroksilamin, campuran ammonia dengan asam boraks, campuran tetrametil tiuram disulfit dengan zinkum oksida dan lain-lain. Penggunaan jenis dan dosis bahan pengawet tersebut tergantung jenis karet yang dihasilkan. Bahan pengawet lateks kebun yang banyak digunakan adalah amonia karena harganya murah dan hasilnya cukup baik. Amonia dengan dosis tinggi bersifat “bactericide” dan bila dosis rendah bersifat “bacteri static”. Amonia akan bereaksi dengan air :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar